Ketika Hobi Fingerboard Menjadi Gaya Hidup
Pada tahun 1980-an fingerboard mengalami perbaikan di setiap detailnya. Hal tersebut dilakukan karena fingerboard akan dijadikan produk massal. Setelah itu, olahraga ketangkasan jari di atas papan luncur mini ini mulai diperkenalkan Bratz Mainan yang dirilis perusahaan mainan berbasis di Hongkong bernama Prime Time dan dirancang oleh Pangea. Perusahaan ini pun yang membantu mengembangkan Teenage Mutant Ninja Turtles baris mainan Playmates Toys. Desain itu dimanfaatkan dari properti hiburan seperti "Speed Racer," "Woody Woodpecker", "NASCAR," "Heavy Metal," dan "Crash Bandicoot." Pada akhir 1990-an, fingerboards makin dikenal di luar komunitas skateboard. Tidak heran, pada 1999 miniatur skateboard ini kemudian dipasarkan di sejumlah toko besar. Sekarang, fitur fingerboards lebih modern dan bagian roda serta papannya dapat dimodifikasi sesuai dengan selera. Permintaan konsumen yang meningkat kemudian mendorong banyak perusahaan fingerboard menyediakan segala macam aksesorinya, termasuk komponen canggih yang dapat dikustomisasi serta diduplikasi dalam skala-model. Meski lahir di Amerika, perkembangan dan popularitas fingerboards justru lebih maju di Eropa Timur. Fingerboarding telah berevolusi dari hobi menjadi gaya hidup sebagian orang. Permainan ini tidak hanya diminati oleh komunitas tertentu, tetapi juga menyentuh masyarakat awam melalui kontes, pameran, lokakarya, dan aktivitas lainnya. Jika melihat sepintas, tidak ada yang istimewa saat seseorang memainkan fingerboard. Hanya dengan menggores, membolak-balik, memutar, dan sesekali meloncat-loncatkan papan kecil beroda di sebuah lintasan papan luncur mini yang desainnya serupa dengan skate park asli. Akan tetapi, bagi penghobi fingerboard, cara memainkannya tidak hanya memajukan, memutar, dan melempar. Karena, jika membidik dengan lebih jeli, papan sepanjang 10 cm tersebut merupakan sebuah miniatur skateboard (papan luncur) lengkap dengan keempat rodanya. Begitu pula dengan teknik loncatan dengan menggunakan kedua jari (jari tengah dan telunjuk, red.) yang istilahnya sama dengan skateboard. Bedanya, fingerboard ini tidak menguras adrenalin tidak seperti skateboard yang riskan dengan cedera. Kedua jari yang berpijak pada papan dibilang aman dibandingkan meluncur dengan kaki di papan skateboard. Meski tanpa tantangan dan tidak berisiko, permainan ini pun tidak lepas dari keunikan. Setiap teknik loncatan mempunyai tingkat kesulitan yang sama ketika diterapkan pada papan luncur sehingga memerlukan keterampilan yang diasah dengan latihan dan panduan, misalnya melalui video. |
Sumber http://fingerboardindonesia.blogspot.com/2010/11/ketika-hobi-fingerboard-menjadi-gaya.html
(TPH)
Post a Comment