Header Ads

BERLIAN YANG BERSERAK

Ada sekitar 2.000 ilmuwan asal Indonesia yang bekerja di kampis atau lembaga riset luar negeri.Mereka batasnegara dan menembus”benteng “ilmu di luar negeri.Tak semata memburu dolar.

Angle 1    : Depresi malah berbuah dua gelar
Angle 2    : Kampus top di Indonesia tidak masuk daftar  kampus terbaik
                 Dunia.
Angle 3    : gelar tak semata untuk mencari uang.


ISI BERITA

Ketika posisinya sebagai direktur riset di center for Advanced Research of Biomedical Engineering,ToinUniversity,Jepang di copot pada 1998,Ken Kawan Soetantosempat terpuruk dalam depresi.
Padahal Ken lah yang merintis dan membesarkan lembaga riset tersebut.karena merasa terbuang,dan Ken pun kembali ke kota kelahirannya Surabaya.Warga Surabaya justru menyambutnya bak pahlawan.
Dua gelar doctor di raihnya yang menambah panjang deretan gelar di depan namanya.Padahal sebelumnya Ken sudah menyandang dua galar doctor dari dua kampus elite di Jepang pada tahun 1985.
Sempat menjadi pengangguran selama beberapa tahun Ken pun  di angkat menjadi guru besardi Waseda University pada 2003.Bahkan dia menjadi dekan divisi hubungan internasional di almamaternya.kendati sudah mengantongi dua gelar doctor pada akhir 1980 an , tak berarti karpet merah sudah terbentang di depan mata.
Sempat putus asa tak kunjung mendapat kerja di Jepang ,Ken mencari kerja ke Amerika Serikat.Selama lima tahun,Ken menjadi professor di Drexel Unuversiy dan Thomas Jefferson Medical School.Baru tahun 1993 ,Ken kembali ke Jepang karena mendapat tawaran menjadidosen di Toin University

Dalam peta ilmu pengetahuan dunia,Indonesia barang kali hanya noktah kecil yang tak masuk hitungan.Kampus top di negeri ini,sepeti Universitas Indonesia,Institut Teknologi Bandung,Atau Universitas Gajah Mada.Tak satupun masuk daftar 200 terbaik dunia Versi Times Higher Educaion.
Bukan berarti negeri ini benar –benar paria dan begitu miskinbakat hebat seperti Ken Soetanto ataupun yang lainnya.Jumlah ilmuwan Indonesia yang berserak di luar negeri tidak sedikit. Saat ini ada sekitar 2000 ilmuwan asal negeri ini yang bekerja di kampus atau lembaga riset di berbagai Negara. Mereka bagaikan berlian yang berserak.
Beberapa prestasi ilmuwan Indonesia dalam bidang kedokteran pun lumayan moncer. Bagi para ilmuwan asal Indonesia, lingkungan kampus atau pun lembaga riset di Amerika Serikat boleh jadi serupa dengan surga

Tak semata uang,paling tidak demikianlah pengakuan mereka, yang membuat jenius Indonesia beterbangan ke negeri orang. Pendapat dosen atau peneliti di luar negeri memang lumayan menggiurkan. Kesempatan untuk riset nebjadi salah satu daya tarik. Di Indonesia kesempatan riset ini menjadi halangan yang tak kunjung terselesaikan. Belum lagi soal beban kewajiban mengajar. “Tetapi saya akan tetap mengajar karena saya memang suka mengajar” kata Merlyna Lim. Kebetulan pula, lulusan teknik arsiktektur ITB ini dosen favorit mahasiswanya.

Semoga generasi muda Indonesia mendapat motivasi dari para ilmuwan kita yang berada di luar negeri.

Tempo, edisi 3-9 Januari 2011

No comments

Powered by Blogger.